Pengajian Kitab Adabul ‘Alim wal Muta‘allim Bersama Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA di Ponpes Al-Muhajirin Kampus Pusat

Bagikan artikel ini:
Pengajian Kitab Adabul ‘Alim wal Muta‘allim Bersama Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA di Ponpes Al-Muhajirin Kampus Pusat, Kamis 4 Desember 2025

PURWAKARTA— Suasana sejuk menyelimuti Al-Muhajirin Kampus Pusat pada Kamis 4 Desember 2025. Para santri, asatidz, dan jamaah tampak khidmat mengikuti pengajian kitab Adabul ‘Alim wal Muta‘allim bersama Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muhajirin.

Kajian kali ini menyoroti adab seorang guru dalam mendidik murid, sebuah tema yang sangat relevan di tengah dinamika dunia pendidikan hari ini.

Syaikhuna menjelaskan bahwa seorang guru adalah figur kasih sayang, bukan sekadar penyampai pengetahuan. Karena itu, dalam mendidik, guru hendaknya berlaku adil serta tidak mengunggulkan satu siswa dibanding yang lain apabila mereka berada pada tingkat kemampuan dan kondisi yang setara. Sikap pilih kasih, menurut beliau, dapat melukai hati siswa lainnya dan mematikan semangat belajar.

Baca Juga:  Selamat! Sekretaris Yayasan Al-Muhajirin Purwakarta Dr. H. Amit Saepul Malik, M.Pd.I Diwisuda sebagai Doktor Manajemen Pendidikan

Meski demikian, guru diperbolehkan memuliakan atau memberikan penghargaan lebih kepada siswa yang rajin, beradab, dan memiliki capaian ilmu lebih tinggi—bukan untuk membeda-bedakan, tetapi sebagai stimulus agar siswa lain ikut terpacu meningkatkan diri. Penghormatan itu harus dibingkai dengan niat mendidik dan memberi teladan, bukan sekadar pengutamaan.

Dalam teknis keseharian, guru juga diingatkan agar tidak mendahulukan seseorang dalam antrean atau urutan belajar tanpa alasan yang benar. Begitu pula sebaliknya, tidak boleh mengakhirkan hak seorang murid kecuali dengan izin dan adanya kemaslahatan. Hal-hal kecil seperti kedisiplinan antre ternyata menjadi bagian dari pembentukan adab santri sejak dini.

Baca Juga:  Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA Resmikan Gedung Baru Ponpes Al-Amin di Maniis Purwakarta dalam Rangkaian Silaturahmi Jama'ah Haji IPHAM 2023

Lebih jauh, Syaikhuna menekankan bahwa guru hendaknya mengenal murid-muridnya dengan baik—nama, asal, keluarga—serta mendoakan mereka secara khusus. Doa, kata beliau, adalah energi ruhani yang memperkuat ikatan ilmu antara pendidik dan peserta didik. Guru juga berkewajiban mengawasi akhlak murid, baik lahir maupun batin, sebab tujuan pendidikan bukan hanya kecerdasan, tetapi juga kematangan moral dan spiritual.

Pengajian pagi itu juga membahas tahapan mendidik santri yang nakal. Ada empat langkah yang diajarkan: memberi nasihat halus di hadapan umum, menegur secara pribadi, memberikan teguran tegas, hingga tindakan terakhir berupa pemisahan atau pengeluaran murid apabila seluruh cara tidak membuahkan hasil. Metode itu menunjukkan bahwa pendidikan memerlukan kelembutan, ketegasan, sekaligus kebijaksanaan.

Baca Juga:  Al-Muhajirin Resmi Raih Rekor Muri

Syaikhuna menutup kajian dengan pesan agar guru selalu menyediakan waktu bagi para murid, memantau interaksi mereka, dan menjaga lingkungan belajar tetap dipenuhi salam, kasih, tolong-menolong, serta akhlak yang indah. Sebab suasana kelas yang baik adalah separuh keberhasilan pendidikan.

Pengajian berakhir dengan lantunan doa dan kehangatan tatapan para santri yang seakan menguatkan kembali tujuan menuntut ilmu—belajar bukan hanya untuk pintar, tetapi agar menjadi manusia yang utuh dan beradab. (*)

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *