
BANDUNG– Ia berdiri tegak di tengah arena. Mata fokus. Nafas teratur. Ketika gong tanda dimulainya pertandingan berbunyi, tubuhnya mulai bergerak. Gerakan demi gerakan ia tampilkan dengan penuh ketelitian, seakan-akan tiap langkah telah terukir dalam ingatannya. Begitu anggun, begitu tegas. Dan akhirnya—tepuk tangan menggema. Juri mengangkat papan skor. Malika Shavira Khairiya, santri SD Plus 3 Al-Muhajirin, keluar sebagai juara.
Bocah belia itu baru saja menorehkan sejarahnya sendiri. Juara 1 kategori Poomsae Pra Cadet B Individu Putri dalam Kejuaraan Taekwondo ITN OPEN VIII antar unit se-Jawa Barat. Bertempat di Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung, Malika tidak hanya membawa pulang medali emas, tetapi juga kebanggaan bagi sekolahnya.
Bukan perjalanan yang mudah. Latihan panjang. Keringat yang menetes hampir setiap hari. Kadang ada rasa lelah, Tapi ia bertahan. “Malika memang anak yang gigih. Ia berlatih dengan penuh disiplin,” ujar pelatihnya. Dan kerja keras itu terbayar lunas di atas matras pertandingan.
Kejuaraan Taekwondo ITN OPEN VIII bukanlah ajang biasa. Pesertanya datang dari berbagai unit taekwondo terbaik di Jawa Barat. Masing-masing membawa impian. Masing-masing ingin jadi pemenang. Namun, hanya satu yang bisa berdiri di puncak podium. Dan kali ini, podium tertinggi itu milik Malika.
Apa yang membuatnya begitu istimewa? Barangkali bukan hanya tekniknya yang tajam. Bukan sekadar kuda-kuda yang kokoh atau gerakan yang luwes. Tapi mentalnya. Keberaniannya. Ia bertanding dengan ketenangan seorang juara, padahal usianya masih begitu belia.
Kini, nama Malika bukan lagi sekadar salah satu santri SD Plus 3 Al-Muhajirin. Ia sudah menjadi inspirasi. Untuk teman-temannya. Untuk adik-adik kelasnya. Untuk siapapun yang ingin bermimpi lebih besar. “Kami sangat bangga dengan Malika,” ujar pihak sekolah. “Ini bukti bahwa ketekunan dan kerja keras selalu menemukan jalannya menuju keberhasilan.”
Ke depan, Malika tentu tidak akan berhenti di sini. Medali ini hanyalah permulaan. Sebuah pijakan untuk melompat lebih tinggi. Karena di dunia olahraga—dan di dunia kehidupan—tidak ada garis finis. Selalu ada pertandingan berikutnya. Selalu ada tantangan baru. Dan Malika? Ia sudah siap untuk itu. (*)