Penuh Haru! Al-Muhajirin Purwakarta Gelar Tasyakur, Sukses Cetak Seribu Hafidz Qur’an Tahun 2025

Bagikan artikel ini:
Penuh Haru! para orangtua tampak memeluk anak-anak mereka di Tasyakur Seribu Santri hafidz-hafidzah Qur’an Al-Muhajirin Purwakarta, Sabtu 31 Mei 2025

PURWAKARTA- Di halaman megah Kampus 2 Al-Muhajirin, Cisereuh, Purwakarta, langit seakan ikut bersaksi. Sabtu 31 Mei 2025, udara pagi diselimuti gema ayat-ayat suci Al-Qur’an dari lisan para pecintanya. Momen sakral nan menggugah hati: Haflah Tasyakur Ikhtitam Tahfizh Angkatan ke-IX resmi digelar.

Seribu hafidz-hafidzah dari seluruh unit pendidikan di bawah naungan Yayasan Al-Muhajirin berkumpul dalam satu majelis yang penuh berkah.

Rangkaian acara bertajuk “Tasyakur 1.000 Hafidz-Hafidzah” ini menjadi bukti bahwa cinta kepada Al-Qur’an menjadi gerak nyata yang terus bertumbuh di Al-Muhajrin.

Acara dibuka dengan tilawah merdu Qahniya Thasa Rahman, disambung dengan parade tahfizh oleh Yukiko dan kawan-kawan. Para santri putri Al-Muhajirin ini menyampaikan ayat dengan penuh ruh dan semangat. Setiap lafaz seakan hidup, setiap huruf menjadi cahaya.

Ketua LTTQ Al-Muhajirin, KH. Dr. Cece Nurhikmah, M.Ag, menyampaikan apresiasi kepada seluruh penggerak LTTQ dari berbagai jenjang dan unit, yang tak henti membimbing santri dalam mencintai dan menghafal Al-Qur’an.

Baca Juga:  MTs Al Wathon dan MI Al Muhajirin Kampus 4 Gelar Haflatul Ihtitam
Ketua Yayasan Al-Muhajirin, Dr. Hj. Ifa Faizah Rohmah, M.Pd, menyampaikan sambutan

Momen paling menyentuh hadir ketika Ketua Yayasan Al-Muhajirin, Dr. Hj. Ifa Faizah Rohmah, M.Pd, menyampaikan sambutan.

Beliau mengajak semua yang hadir untuk mengingat jasa dan doa sang guru mulia, Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA, dan Dra. Hj. Euis Marfuah, MA, pimpinan pondok pesantren Al-Muhajirin.

“Beliau lah yang menjadi wasilah kita semua bisa hadir di majelis ini, dengan semangat Al-Qur’an. Maka mudah-mudahan setiap huruf yang kita hafalkan menjadi amal saleh yang kita hadiahkan untuk guru kita semua.”

Tak lupa, beliau berpesan kepada seluruh hafidz-hafidzah agar hafalan bukan menjadi tujuan akhir, melainkan awal dari kehidupan yang dipandu oleh nilai-nilai Al-Qur’an.

“Jangan berhenti dengan hafal Al-Qur’an. Jadikan ia pedoman hidup. Bacalah, ulangilah, dan jadikan Al-Qur’an sebagai penunjuk dalam keberagamaan kita,” ujarnya.

Hadir segenap tokoh yayasan dalam acara ini KH. Rd. Marpu Muhidin Ilya, MA (Direktur Direktorat Penjaminan Mutu Pendidikan), Dr. Hj. Zahra Haiza Azmina, M.Ag (Bendahara Yayasan sekaligus Pengasuh Pesantren Putri), hingga Dr. H. Amit Saepul Malik, M.Pd.I (Sekretaris Yayasan).

Baca Juga:  Puluhan Ribu Jamaah Nahdliyin Antusiasi Hadiri Puncak HSN 2024 Kabupaten Purwakarta di Stadion Purnawarman

Puncak acara pun makin terasa hangat dan khidmat. Ada Parade Puitisasi Al-Qur’an dari siswa terbaik SMP-SMA, dilanjutkan pembacaan surat-surat pendek dari Al-Fatihah hingga An-Naas yang dipandu oleh Divisi Tahfizh Al-Muhajirin, Verawati Sarah, M.Pd.

Dan momen paling mengesankan: Uji Publik Hafalan. Sebanyak 26 peserta terbaik diuji langsung oleh para hadirin, dengan metode sambung ayat.

Uji Publik ini menunjukkan, para santri penghafal Al-Qur’an Al-Muhajirin tidak hanya hafal, tapi kuat dalam hafalannya.

Dalam sambutannya, perwakilan orangtua santri menyampaikan rasa syukur dan bangga. “Nak, jika kelak kami tak bersamamu di surga, mohon adukan kepada Allah dengan hafalan Qur’anmu, agar bisa menarik kami ke dalam surganya Allah…”

Tangis haru pun pecah dari orangtua yang hadir secara langsung maupun secara daring. Karena memang di sinilah tempat harapan-harapan itu ditambatkan—di dada anak-anak penghafal kalam ilahi.

Baca Juga:  Dokter Kecil MuDa SD Plus 2 Al-Muhajirin Purwakarta Sigap Menangani Kasus di UKS

Sebagai penutup, tausiyah emas dari KH. Rd. Marpu Muhidin Ilya, MA menggugah kesadaran semua yang hadir:

“Anak-anakku, hafalan Qur’an kalian akan bernilai akhirat apabila hafalan tersebut digunakan, dibaca dalam sholat, dan menuntun semakin dekat dengan Allah.”

“Menghafal Al-Qur’an bukan untuk beasiswa, bukan untuk tiket dunia. Tapi murni karena cinta pada Allah dan Rasul-Nya. Dan bisa jadi yang paling tinggi di sisi Allah adalah yang paling sulit menambah hafalan Qur’an, tapi paling sabar dan paling ikhlas menjalani prosesnya, karena Allah menilai keringat, menilai lelah.”

Acara ditutup dengan doa, dan pemberian pengargaan kepada seluruh santri hafidz-hafidzah Al-Qur’an. Gema shalawat mengiringi para hafidz kecil kembali ke pelukan orangtua mereka—dengan senyum, air mata, dan satu harapan besar: Mudah-mudahan, kelak menjadi generasi Qurani yang menyinari bangsa dan agama. Aamiin. (*)

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *