Santri Muda dan Manasik Haji KBIHU Al-Muhajirin Purwakarta

Bagikan artikel ini:
Santri Al-Muhajirin Kampus Pusat, Abdul Malik Kudus Fajar (tengah) melakukan bimbingan dan pendampingan terhadap jamaah manasik haji, Minggu 18 Agustus 2024

Masih muda, baru 17 tahun. Lahir tahun 2007. Namanya Abdul Malik Kudus Fajar. Sehari-hari, ia mondok di Pesantren Al Muhajirin, Purwakarta, di kampus pusat, Jalan Veteran.

Sekolahnya masih di lingkungan pondok pesantren yakni di SMA Al Muhajirin, kelas XII IPS 1. Penampilannya sederhana, khas santri: kain sarung, baju koko, dan peci yang selalu melekat.

Pembawaannya santun, penuh hormat kepada yang lebih tua. Ngajinya, jangan tanya, sudah mahir.

Di usianya yang masih sangat muda, Fajar dipercaya sebagai pembimbing jamaah manasik haji. Lebih tepatnya pembimbing tahsin untuk jamaah manasik haji.

Baca Juga:  Muhasabah dan Berserah Diri kepada Allah SWT di Pesantren Lailatul Ijtima (PLI) Al Muhajirin

Para jamaahnya? Usia mereka jauh di atas Fajar. Kepala empat, kepala lima, bahkan ada yang kepala enam.

Di tengah para jamaah yang ‘senior’ itu, Fajar sendiri hadir dengan penuh keyakinan, membimbing jamaah manasik yang diselenggarakan KBIHU Al-Muhajirin. KBIHU adalah akronim dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah.

Tempat manasiknya di Masjid Al Madinah, Komplek Al Muhajirin Kampus Dua, di Jalan Ipik Gandamanah, masuknya ke wilayah kelurahan Ciseuruh, tapi juga dekat dengan Cimaung.

Tempo hari, saya pernah berkegiatan disini. Lokasi ini memang cocok untuk acara manasik, yang butuh lahan luas. Masjidnya besar, dua lantai. Dan tidak perlu khawatir soal tempat parkir, pasti memadai.

Baca Juga:  Santri Al-Muhajirin Pusat Raih Prestasi Internasional di Singapura

Kegiatan manasik yang digelar pada Minggu 18 Agustus 2024 ini, melibatkan beberapa santri terpilih dari SMA MA Al-Muhajirin, Fajar salah satunya. Para santri Al-Muhajirin memang terkenal jago-jago dalam mengaji.

Kali ini mereka mendapatkan amanah untuk membimbing jamaah dalam tahsin Al-Qur’an dan bacaan doa thawaf.

Setiap kelompok jamaah mendapatkan bimbingan intensif. Bacaan Al-Qur’an mereka diperbaiki, tajwidnya diluruskan.

Doa-doa yang akan dilantunkan saat thawaf juga diajarkan dengan saksama.

Fajar dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa pendidikan di Al-Muhajirin bukan hanya soal ilmu di kelas, tetapi juga bagaimana mengaplikasikan ilmu agama langsung kepada masyarakat.

Baca Juga:  TK Al-Muhajirin Pusat Juara Umum Gebyar Tahun Baru Islam Tingkat Kabupaten Purwakarta

Tanggung jawab besar di usia muda? Fajar dan santri Al-Muhajirin lainnya menjawab dengan semangat dan keikhlasan. Setidaknya, ini adalah bukti nyata bahwa generasi muda bisa berkontribusi besar, tak peduli berapa pun usianya.

Tentu saja, kegiatan ini diharapkan mampu mempersiapkan para jamaah dengan baik, untuk menghadapi ibadah haji yang akan datang.

Dan para santri muda itu, kini menjadi bagian dari perjalanan ibadah mereka, yang mengantarkan dengan doa dan juga bimbingan. (*)

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!