PURWAKARTA– TK Al Muhajirin Purwakarta memperkenalkan berbagai kaulinan barudak atau permainan tradisional anak-anak Jawa Barat kepada para siswa, Minggu 1 September 2024.
Acara yang berlangsung di Taman Surawisesa, Situ Buleud ini dihadiri oleh 10 TK se-Kabupaten Purwakarta. Suasana ceria dan penuh keceriaan tampak jelas di wajah anak-anak yang ikut serta.
Para siswa dengan penuh semangat mencoba berbagai kaulinan barudak yang dulu sangat populer di kalangan anak-anak Jawa Barat.
Permainan seperti galah asin, engklek, sondah, perepet jengkol, dan oray-orayan menjadi daya tarik utama dalam acara ini.
Setiap permainan yang diperkenalkan tidak hanya menghibur tetapi juga melatih motorik kasar dan halus anak-anak. Gerakan melompat, berlari, dan menjaga keseimbangan menjadi aktivitas yang bermanfaat bagi perkembangan fisik mereka.
Ibu Olis, Kepala Sekolah TK Al Muhajirin, menjelaskan pentingnya memperkenalkan kaulinan barudak kepada anak-anak di era modern ini.
“Permainan tradisional ini bukan sekadar hiburan. Dengan bermain, anak-anak dapat belajar mengendalikan emosi, bekerja sama dengan teman, dan memahami nilai-nilai budaya yang ada di sekitar mereka. Ini adalah bagian penting dari pendidikan karakter yang kami terapkan di sekolah,” ujar Ibu Olis.
Lebih lanjut, Ibu Olis menambahkan bahwa permainan tradisional juga mengajarkan anak-anak untuk saling menghargai dan bekerja sama. Saat bermain galah asin misalnya, anak-anak belajar untuk mengatur strategi dan berkoordinasi dengan teman-temannya. Hal ini tidak hanya melatih kemampuan berpikir kritis tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara mereka.
Acara ini ditutup dengan kegembiraan yang terpancar dari wajah-wajah mungil para siswa yang berlari-larian dengan riang di Taman Surawisesa. Para guru dan orang tua pun turut merasakan kebahagiaan yang sama, melihat anak-anak mereka terlibat dalam permainan yang sarat makna dan nilai budaya.
Dengan keberhasilan acara ini, TK Al Muhajirin Purwakarta berharap agar kaulinan barudak dapat terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda, sehingga tradisi ini tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Ini bukan hanya tentang permainan, tetapi tentang merawat warisan budaya yang berharga. (*)