Cahaya pagi yang hangat menyambut Syaikhuna Prof Dr KH Abun Bunyamin, MA. Hari itu, tak ada yang berubah dari sosoknya. Usia yang menginjak 70 tahun tak mampu mengurangi semangat maupun perhatiannya. Di hadapan ratusan murid dan keluarga yang hadir dalam Tasyakur Milad, beliau menyampaikan tausiyah dengan keteduhan yang sudah menjadi ciri khasnya.
“Tetap seperti itu, kasih sayang dan perhatian beliau tidak pernah berkurang,” kata Dr Hj Ifa Faizah Rohmah, M.Pd., Ketua Yayasan Al-Muhajirin sekaligus anak sulung dari Syaikhuna, Selasa 10 September 2024.
Suaranya bergetar saat mengenang bagaimana ayahnya selalu hadir, baik secara fisik maupun melalui pesan-pesan sederhana, masih sama seperti waktu Teteh berusia 10 tahun; “Teteh dimana? Ayeuna acara kamana? Sudah makan? Shalat? Dan lain-lain. Sering juga datang ke rumah hanya sebentar, untuk menengok cucunya dan pulang lagi. Dan yang paling utama Beliau selalu mendorong saya untuk terus belajar dan belajar, menjalin silaturahmi, peduli pada sesama,” ujar Teh Ifa.
Di usia yang semakin senja, banyak yang mengira aktivitas Syaikhuna akan berkurang. Tapi, KH Rd Marfu Muhyidin Ilyas, menantu sekaligus muridnya, dengan kagum mengingat kejadian saat ia mencoba menyusun jadwal kegiatan untuk Syaikhuna.
“Bapak menolak, tidak ingin mengurangi kegiatannya. Saya hanya bisa kagum pada semangatnya. Cinta beliau pada ilmu tidak pernah pudar.”
Bagi murid-muridnya, Syaikhuna adalah sosok yang tawadhu. Kalangan ulama besar pun mengakui hal ini. KH Abdul Basit, salah seorang ulama yang dekat dengan beliau, bercerita, “Abdi ge eleh,” katanya merendah, mengakui ketawadhuan Syaikhuna yang luar biasa. Kesaksian itu disampaikan dengan hormat, mengingat jejak-jejak kebaikan yang ditinggalkan oleh sang guru besar ini.
Acara Tasyakur Milad ini digelar dengan penuh kesederhanaan, tapi khidmat. Syaikhuna berkeliling, menyuapi anak-anak dan murid-muridnya, sebuah gestur penuh kasih yang membuat semua yang hadir tersenyum dan bahagia.
“Makin sepuh ulama, makin besar berkahnya,” KH Marfu Ilyas, seraya mengingatkan semua yang hadir. “Tugas kita sekarang adalah meneruskan apa yang beliau bangun. Jejaknya sudah ada, kita tinggal mengikuti.”
Lagu “Mabruk Alfa Mabruk” pun menggema, menutup acara dengan penuh haru. Para murid dan keluarga berkumpul, berfoto bersama, mengabadikan momen yang tak akan terlupakan.
Di setiap senyuman Syaikhuna, tersirat kebahagiaan yang terpancar—mereka yang hadir tahu betul, ini bukan sekadar tasyakur. Ini adalah bentuk cinta dan rasa syukur atas kehadiran sosok yang menjadi inspirasi bagi ribuan orang.
“Beliau sudah banyak memberikan untuk kita. Kado terbaik dari kita hanyalah khidmat kepada beliau, meneruskan cita-citanya, dan melihat senyum di wajah beliau setiap hari,” tutup KH Marfu Ilyas.
Hari itu, Al-Muhajirin terasa lebih hangat, lebih hidup, dengan berkah yang tak pernah berhenti mengalir dari Syaikhuna—sebuah pencapaian besar yang semua mensyukuri.
Di usia 70 tahun, Syaikhuna masih menjadi sumber inspirasi, sosok yang senyumnya selalu memberikan ketenangan, dan cahaya yang memandu ribuan murid dan keluarga dalam perjalanan hidup. (*)