Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025

Bagikan artikel ini:
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025

PURWAKARTA – Hanya dua hari. 12–13 Agustus 2025. Namun, dua hari itu terasa panjang, padat, dan penuh warna.

Di halaman hijau Al-Muhajirin Kampus 2 Cisereuh, puluhan tenda berdiri rapi. Bendera merah putih berkibar, tiang bambu tegak, tali rafia terikat kuat. Anak-anak berseragam pramuka: baju cokelat muda, celana gelap, syal merah putih di leher. Wajah-wajah remaja 12–15 tahun itu sudah basah keringat sejak pagi, tapi tetap tersenyum.

Kegiatan tahunan ini bernama Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin. Selalu digelar bertepatan dengan Hari Pramuka dan menyambut Hari Kemerdekaan. Bagi kelas 9, ini adalah kesempatan terakhir mereka mengikutinya.

“Semoga berkesan. Jangan dilupakan. Jadikan kenangan ini bagian dari hidup kalian,” pesan Kepala Sekolah, Drs. H. Wawan Suherwan, M.Pd., saat membuka apel pagi.

Baca Juga:  Ribuan Guru dan Karyawan Yayasan Al-Muhajirin Antusias Meriahkan Tahun Baru Islam dengan Konvoi dan Rihlah

Apel berlangsung sederhana, namun khidmat. Semua berdiri tegak, memberi hormat kepada Sang Saka Merah Putih. Ada rasa bangga. Ada haru.

Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025

Usai apel, keriangan dimulai. Santri kelas 7, 8, dan 9 bergerak cepat, cekatan mendirikan tenda. Pasak ditancapkan, tali terikat kuat, kain tenda tertarik rapi. Dalam hitungan waktu, deretan tenda berdiri kokoh, menandakan ketrampilan dan kekompakan.

Setelah tenda berdiri, kegiatan berlanjut ke outbound: estafet air, balap sarung, jembatan tali, hingga lomba yel-yel. Gelak tawa, teriakan, dan sorakan mengiringi setiap permainan.

Tak berhenti di situ, ada juga lomba tarik tambang, tebak kata, serta lomba kebersihan tenda. Semuanya menekankan satu hal: kompak dan ceria dalam kebersamaan.

Di sela keriuhan, udara sejuk Purwakarta mengiringi shalat berjamaah dan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Anak-anak duduk melingkar, membaca dengan tartil. Pramuka tetap menyatu dengan ruh pesantren.

Baca Juga:  Santri SMP Fullday Al-Muhajirin Alif Pradani Harumkan Nama Bangsa Indonesia di Hong Kong International Computational Olympiad 2024-2025
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025

Lilin-Lilin yang Menyalakan Api Besar

Malam tiba. Satu lilin dinyalakan, disertai pembacaan Dasa Darma Pramuka pertama. Api itu kemudian menyalakan lilin kedua. Lalu ketiga, keempat, hingga sepuluh lilin menyala, mewakili sepuluh Dasa Darma.

Suasana hening. Syahdu.

Puncaknya: api lilin-lilin tersebut dipakai menyalakan api unggun. Kobaran api besar menjulang tinggi. Santri menyambutnya dengan takbir. Hangatnya api unggun membelah dingin malam.

Di hadapan para santri, hadir Direktur Al-Muhajirin Kampus 2, Dr. Hj. Zahra Haiza Azmina, M.Ag. Beliau berpesan singkat namun dalam:

“Di antara golongan yang Allah lindungi di bawah naungan-Nya adalah pemuda-pemudi yang taat beribadah kepada Allah SWT.”

Baca Juga:  Demo Ekstrakurikuler SMI 1-3 Al Muhajirin Sebagai Jalan Dakwah Santri

Kalimat sederhana, namun menyentuh hati santri yang tengah berproses: belajar, bermain, dan berlatih hidup.

Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025
Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin Purwakarta 2025

Kemping ini bukan sekadar perkemahan. Ia adalah latihan hidup: belajar bekerjasama, melatih kesabaran, menerima kegagalan, berbagi ruang sempit di dalam tenda, berbagi air minum, bahkan berbagi selimut.

Karena itu, meski lelah, lusuh, dengan rambut awut-awutan dan sepatu berlumur tanah, wajah anak-anak itu tetap bahagia. Mereka sadar, kebersamaan ini akan menjadi cerita indah. Mungkin detailnya akan terlupakan, tetapi rasanya akan selalu dikenang.

Inilah arti Kemping Ceria SMP Fullday Al-Muhajirin 2025: cara sederhana menanamkan karakter, kebersamaan, dan kecintaan pada bangsa.

Dari lilin-lilin kecil yang saling menyalakan, mereka belajar: kebersamaanlah yang membuat api unggun menyala besar. (*)

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *