
ANGIN pagi di Lapangan Al-Mukhtar membawa aroma khas seragam pramuka yang baru dijemur, bercampur dengan semangat ratusan santri yang berbaris rapi.
Matahari baru naik, tapi sorot mata mereka sudah penuh rasa penasaran. Hari ini adalah hari yang mereka tunggu-tunggu: Demo Ekstrakurikuler “From Zero to Hero”.


Di antara kerumunan itu, Andri, santri baru kelas X MA SMA Al-Muhajirin, berdiri sambil menggenggam topi pramukanya. Ia baru sebulan tinggal di asrama, masih mencari-cari tempat untuk menyalurkan bakatnya.
“Kata ustadz, di sini ekskul bukan cuma hobi, tapi bisa jadi jalan sukses. Saya mau lihat dulu, siapa tahu ketemu yang pas,” ujarnya sambil tersenyum.
Silat membuka pertunjukan dengan formasi penuh energi. Puluhan pesilat perempuan melangkah ke tengah lapangan, selendang emas berayun luwes mengikuti irama, sementara hentakan kaki mereka menggetarkan tanah. Di beberapa gerakan, kipas biru terbuka lebar, berkilau tertimpa cahaya matahari, memberi kontras indah pada kostum mereka. Di puncak aksi, seorang pesilat pria meniupkan semburan api raksasa, membuat penonton terpukau.
Pramuka kemudian mengambil alih panggung dengan atraksi bendera semaphore. Warna merah dan kuning berkibar, membentuk pesan rahasia yang hanya mereka yang terlatih bisa membacanya. Di sela gerakan bendera, asap flare merah dan kuning membubung ke udara, menambah efek dramatis dan membuat penonton bersorak kagum.
Di tepi lapangan, Nabila, santri baru kelas VII MTs SMP Al-Muhajirin, berbisik ke temannya, “Kayaknya aku mau ikut Pramuka. Subhanallah, kompaknya luar biasa.”


Hadroh hadir membawa suasana syahdu. Tabuhan rebana berpadu dengan lantunan shalawat, membuat penonton terhanyut dalam nuansa religius.
Futsal memecahkan keheningan dengan adu teknik cepat. Bola menggelinding lincah, sorakan penonton semakin riuh ketika salah satu pemain mencetak gol spektakuler.
Voli menyambung dengan aksi smash dan block yang memukau. Tim tampil solid, saling memberi semangat di setiap poin.
Basket menghidupkan lapangan dengan dribel cepat dan tembakan tiga angka yang sukses. Tepuk tangan membahana setiap kali bola masuk ring.
Paskibra tampil dengan disiplin tinggi, formasi baris-berbarisnya presisi bak jarum jam. Kibaran bendera menjadi simbol kebanggaan mereka.
Tari mempersembahkan gerakan anggun dan penuh warna. Kostum khas daerah berpadu dengan musik tradisional membuat penonton betah menyaksikan.
PMR (Palang Merah Remaja) memamerkan simulasi pertolongan pertama. Mereka sigap menolong “korban” yang tergeletak, memeriksa kondisi, lalu melakukan tindakan cepat sesuai prosedur. Lengkap dengan kehadiran mobil ambulans sungguhan yang sirenenya meraung pelan, suasana terasa begitu nyata. Petugas membuka pintu belakang ambulans, memasukkan “korban” ke dalam tandu, dan menjelaskan langkah-langkah penanganannya pada penonton.
Musik mengalun merdu, diwarnai alunan gitar, keyboard, dan ketukan drum yang menghidupkan suasana.
Menggambar menampilkan kreativitas di atas kanvas. Santri melukis dengan penuh konsentrasi, menciptakan karya yang memikat mata.
Vokal menutup acara dengan suara merdu membawakan lagu penuh semangat, membuat semua yang hadir larut dalam suasana gembira.
Acara ini dihadiri para tokoh penting Al-Muhajirin. Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA, membuka dengan tausiyah tentang pentingnya mengisi masa muda dengan kegiatan positif.
Dr. H. Ifa Faizah Rohmah, M.Pd memberikan motivasi, “Banyak orang sukses memulai dari nol dengan modal hobi. Semua berawal dari apa yang kita cintai. Jalani dengan tekun dan konsisten.”
KH. R. Marpu Muhidin Ilyas, MA menambahkan, “Di sini ada 20 ekstrakurikuler. Salah satunya bisa jadi jalan kalian menuju bintang. Kalau belum ada yang cocok, kalian bisa usulkan, dan kita akan dukung.”
Menjelang sore, lapangan mulai lengang. Namun, di wajah para santri—terutama Andri dan Nabila—terpancar semangat baru. Mereka kembali ke asrama membawa daftar ekskul incaran, mimpi, dan janji pada diri sendiri: Dari nol, menuju panggung kejayaan. (*)