
PURWAKARTA- Setiap pagi, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an menggema di TK Al-Muhajirin Kampus Pusat. Para guru duduk melingkar, mushaf di tangan, mengalunkan kalamullah dengan penuh khusyuk.
Di bulan Ramadhan 1446 H ini, tradisi tadarus dan dzikir jama’i semakin mengakar. Bukan sekadar rutinitas, tetapi sebagai ikhtiar memperkuat ruhiyah, memperdalam keimanan, dan meraih keberkahan di bulan suci.
Sebelum memulai aktivitas mengajar, para guru berkumpul dalam lingkaran ilmu dan ibadah. Dipimpin langsung oleh Kepala TK Al-Muhajirin Kampus Pusat, Hj. Olis, S.Pd, mereka melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dan berdzikir bersama. Jumat pagi, 14 Maret 2025, Hj. Iis Kosirin, S.Pd, Koordinator Ummi, turut hadir, menambah suasana syahdu dalam kebersamaan yang menyejukkan.
Bagi Hj. Olis, kegiatan ini lebih dari sekadar ibadah. Ia meyakini bahwa seorang guru bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga teladan spiritual bagi anak-anak. “Jika ruhani guru kuat, insyaAllah ilmunya lebih mudah meresap ke dalam hati anak-anak,” ujarnya.
Selain memperkuat keimanan, tadarus dan dzikir juga menjadi sarana mempererat hubungan antarguru. “Kami ingin menciptakan lingkungan yang bukan hanya cerdas, tetapi juga penuh keberkahan. Ketika hati guru lebih tenang dan penuh kesabaran, maka mendidik pun menjadi lebih ikhlas dan bermakna,” lanjutnya.
Ramadhan di TK Al-Muhajirin memang terasa istimewa. Tadarus dan dzikir jama’i menjadi bagian dari perjalanan spiritual para pendidik. Mereka tak hanya mengajarkan ilmu dunia, tetapi juga menanamkan fondasi keimanan—bagi diri sendiri, bagi anak-anak, dan bagi masa depan yang lebih baik.
Dan di sinilah keistimewaannya: di tengah kesibukan, di antara lelah mengajar dan mendidik, para guru tetap meluangkan waktu untuk bersimpuh, mengaji, dan berdzikir. Karena mereka tahu, sebelum menanam ilmu di hati anak-anak, hati mereka sendiri harus lebih dulu dipenuhi cahaya-Nya. (*)