
PURWAKARTA- Aula Syaikh Datul Kahfi (SDK) Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta kembali menjadi saksi lahirnya generasi santri yang siap meneruskan tradisi keilmuan Islam. Hari ini, Kamis 27 Februari 2025, sebanyak 126 santri takhassus kitab mengikuti Wisuda Tahfiz Al-Mutun, menandai keberhasilan mereka dalam menghafal dan memahami tiga kitab fundamental dalam studi Islam: Matan Al-Jurumiyyah, Nadzom Imrithi, dan Nadzom Al-Maqshud.
Dengan mengusung tema “Hapal Matannya, Paham Maknanya, Fasih Baca Kitabnya,” wisuda ini bukan sekadar seremoni penutupan, melainkan sebuah pengakuan atas perjalanan panjang para santri dalam meniti ilmu.
Prosesi ini merupakan puncak dari usaha keras yang telah ditempuh selama bertahun-tahun dalam menghafal, memahami, dan mengaplikasikan kaidah-kaidah ilmu nahwu dan shorof yang menjadi dasar dalam memahami teks-teks klasik Islam.
Wisuda ini dihadiri secara langsung dihadiri Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA, beserta Ibu Nyai Dra. Hj. Euis Marfuah, MA.
Hadir pula Ketua Yayasan Al-Muhajirin, Dr. Hj. Ifa Faizah Rohmah, M.Pd, serta Pengasuh Pondok Pesantren Putra, KH. Rd. Marpu Muhidin Ilyas, MA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Putri, Dr. Hj. Zahra Haiza Azmina, M.Ag.
Selain itu, perwakilan dari Kementerian Agama Purwakarta, para orang tua santri, serta para asatidz dan asatidzah turut serta dalam acara yang penuh berkah ini.

Sejak pagi, aula dipenuhi suasana haru dan kebanggaan. Lantunan bait nadzom Imrithi dan nadzam Maqshud yang dibawakan oleh para santri menggema memenuhi ruangan, menghadirkan atmosfer khas pesantren yang sarat akan nilai keilmuan.
Para orang tua terlihat khusyuk menyaksikan anak-anak mereka yang telah menempuh perjalanan panjang dalam menuntut ilmu.
Tidak mudah untuk mencapai tahap ini. Para santri yang diwisuda berasal dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari kelas 8 dan 9 SMP/MTs hingga kelas 10, 11, dan 12 MAK Al-Muhajirin. Mereka telah melewati berbagai tahapan seleksi, mulai dari munaqosyah (ujian hafalan dan pemahaman) yang digelar pada 10 Februari 2025 lalu, hingga ujian akhir yang menentukan kelayakan mereka untuk mengikuti wisuda.
Selama bertahun-tahun, hari-hari mereka dipenuhi dengan muraja’ah (mengulang hafalan), muthola’ah (mengulang materi pelajaran), serta sesi diskusi dan kajian mendalam tentang isi dari masing-masing kitab. Tak jarang, mereka harus menghadapi berbagai tantangan dalam diri untuk menjaga konsistensi belajar. Namun, semua jerih payah itu kini terbayar lunas.
Ketiga kitab yang menjadi fokus dalam program tahfiz ini bukan sekadar hafalan tanpa makna. Setiap kitab memiliki perannya masing-masing dalam membangun pemahaman santri terhadap bahasa Arab dan ilmu Islam:
Matan Al-Jurumiyyah: Ditulis oleh Syaikh Ibnu Ajurrum, kitab ini merupakan gerbang utama bagi santri dalam memahami ilmu nahwu. Sistematikanya yang sederhana menjadikannya kitab dasar yang wajib dikuasai oleh setiap pelajar ilmu bahasa Arab.
Nadzom Imrithi: Karya Syaikh Syarafuddin Yahya Al-Imrithi, kitab ini merupakan versi syair dari kaidah-kaidah nahwu yang terdapat dalam Jurumiyyah. Dengan bentuk nadzom (puisi), santri lebih mudah dalam menghafal dan memahami kaidah tata bahasa Arab.
Nadzom Al-Maqshud: Kitab ini membahas ilmu shorof, yakni ilmu yang mengkaji perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab. Hafalan nadzomnya menjadi bekal penting bagi santri dalam memahami struktur kata dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik.

Dari 126 santri yang mengikuti wisuda, beberapa di antaranya berhasil meraih predikat terbaik dalam kategori masing-masing kitab: Kategori Matan Al-Jurumiyyah: Ghina Fatimah Azzahra, Kategori Nadzom Al-Maqshud: Safira Wildah Rahmah, Kategori Nadzom Imrithi: Hisyam Fadilla Ahmad S.
Sementara itu, ada pula santri yang meraih predikat terbaik dalam hafalan tiga kitab sekaligus, yakni Jurumiyyah, Imrithi, dan Maqshud: Robiah Aulia Rahmah, Sopiah Alia Rahmawati, Khairin Nisa, Naaila Siti Luthfia Ningrum, Ninawa Ulwani Ulinnuha, Syifa Khoerunnisa, Alif Riyansyah, Arya Alfaren, Moammar Khadafi, Fauzan Rahmat Hidayat, Ferdiyantoro Adi Saputro, Hamzah Amarul Haq, Hibath Duha Al-Jamili.
Dalam taujihadnya, Syaikhuna Prof. Dr. KH. Abun Bunyamin, MA menyampaikan bahwa keberhasilan santri dalam menghafal dan memahami kitab-kitab ini adalah langkah awal dalam perjalanan panjang menuntut ilmu. “Kalau ingin mendalami Islam, harus bisa Bahasa Arab, untuk mendalami kitab-kitab,” ujar beliau.
Dr. Hj. Ifa Faizah Rohmah, M.Pd, selaku Ketua Yayasan Al-Muhajirin, mengungkapkan pentingnya menjaga tradisi keilmuan Islam. Para ulama terdahulu telah mewariskan khazanah ilmu yang luar biasa. Tugas kita adalah menjaga dan meneruskannya kepada generasi berikutnya.
Bagi para santri, wisuda ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan mereka sebagai penjaga ilmu. Dengan bekal yang telah mereka peroleh, mereka diharapkan dapat menjadi kader ulama yang tidak hanya cerdas dalam keilmuan, tetapi juga memiliki akhlak dan ketawadhuan yang tinggi.
Dari aula ini, generasi penerus ilmu Islam dilahirkan. Dengan semangat yang tak pernah padam, mereka siap membawa cahaya ilmu ke berbagai penjuru negeri, menjaga tradisi keilmuan Islam agar tetap hidup dan berkembang di tengah tantangan zaman. (*)