
PURWAKARTA- Nama Yuyun Halimatul Adawiah, seorang ibu dua anak sekaligus guru di SMP Fullday Al-Muhajirin, kini dikenal sebagai salah satu penggerak literasi di Purwakarta.
Perjalanan inspiratifnya dimulai dari langkah kecil saat ia mengikuti program “Forum Indonesia Menulis.” Dari sana, ia menemukan panggilan hatinya dalam dunia literasi, yang tidak hanya mengubah dirinya, tetapi juga memberi dampak pada lingkungan sekolah tempatnya mengabdi.
Yuyun tak hanya berhenti di program itu. Ia berhasil mendorong terbitnya dua buku yang terdiri dari satu antologi karya siswa, satu antologi karya guru.
“Di tengah kesibukan sebagai guru di sekolah dan ibu rumah tangga di rumah, menulis menjadi cara saya mengaktualisasi diri,” ujar Yuyun.
Kepala sekolah SMP Fullday Al-Muhajirin turut mengapresiasi langkah Yuyun. Berkat arahan dan dukungan kepala sekolah, Yuyun diamanahkan sebagai salah satu guru penggerak literasi, sebuah peran yang menjadikannya motivator bagi siswa dan rekan-rekan guru lainnya.
“Saya ingin menunjukkan bahwa menulis itu bisa dilakukan siapa saja, asalkan ada kehendak yang kuat,” kata Yuyun penuh semangat.
Ada 14 Buku Inspiratif yang dihasilkan oleh guru rumpun bahasa
Semangat literasi yang dibawa Yuyun tidak hanya berhenti pada dirinya. Guru rumpun bahasa yang beranggotakan 14 guru berhasil membuat buku solo.
Dalam rumpun tersebut, setiap guru saling memotivasi untuk menulis buku. Hasilnya luar biasa: 8 buku berhasil diterbitkan melalui Penerbitan Taqodom Al-Muhajirin, sementara enam buku lainnya sudah selesai dalam format e-book dan sedang menunggu proses cetak.
Buku-buku yang dihasilkan tidak hanya menjadi media pembelajaran, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa literasi mampu menjadi fondasi kuat dalam mendidik dan menginspirasi generasi muda.
Salah satu buku solo Yuyun, Galeri Perasan, mendapatkan sambutan hangat dari pembaca. Buku ini berisi refleksi mendalam tentang perasaan.
Keseimbangan Peran: Guru, Ibu, dan Penulis
Di balik pencapaiannya, Yuyun juga menghadapi tantangan. Sebagai ibu dua anak, ia harus membagi waktu antara mengurus rumah tangga dan menulis.
Namun, menurutnya, kunci utama adalah manajemen waktu dan kemauan untuk terus belajar.
“Menulis memang tidak mudah. Tapi saya yakin, jika kita punya niat dan konsistensi, apa pun bisa kita capai,” katanya sambil tersenyum.
Ia juga mengakui bahwa tantangan terbesar adalah menemukan waktu luang di tengah padatnya aktivitas. “Ada banyak ibu-ibu seperti saya yang merasa mustahil untuk menulis karena terlalu sibuk. Tapi saya katakan menulis itu tidak membutuhkan waktu khusus. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti mencatat cerita harian atau pengalaman sederhana,” tambah Yuyun.
Daftar Karya Guru SMP Fullday Al-Muhajirin
Buku-buku yang lahir dari rumpun bahasa ini mencakup berbagai genre, mulai dari kumpulan cerita inspiratif hingga materi pembelajaran. Beberapa karya solo yang patut diapresiasi antara lain:
Aku dan Guru Penggerak karya Ai Fitriyani, S.Pd.

Riuhnya Kehidupan karya Rina Dianawati, S.Pd.

Cahaya Menuju Surga karya Syifa Aulia Mellinia, S.Pd.

Kumpulan Kerisauan karya Jihaan Fithriyaah, S.Pd.

Amazing Ice Breaking karya Rd. Suntara Winata, S.Pd.

Focus in Drilling System 1 karya Nailul Ambari Fauzi, S.Pd.

Galeri Perasan karya Yuyun Halimatul Adawiyah, S.Pd.

Waktu Kita Berbahasa karya M. Lendri Julian, S.Pd.

Setangkai Bunga Cerita Karya Ela Jamilah, S.Hum. (e-book)
Hodam Mereka Sang Pewaris Karya Yanuar, S.Hum. (e-book)
Kumpulan Materi Pidato Karya Rizki Nugraha, S.E. (e-book)
The Headspace Karya Nurul Aulia Dewi Amri, S.Pd. (e-book)
Tales From an Ocean Karya Eva Gustiana Indahati, S.Pd. (e-book)
English Fun Learning Karya Ambar Aprillia, S.Pd. (e-book)
Selain itu, tim literasi menghasilkan karya-karya kolektif yang melibatkan siswa, seperti Sang Pencerah yang Menginspirasi Generasi, Perjuangan Guru, Guru Pejuang 8 Pena, dan Cerita Kami untuk Mereka.
Budaya Literasi yang Berkelanjutan
Yuyun percaya bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang membangun pola pikir yang kritis dan kreatif. Dengan karya-karya yang dihasilkan, ia berharap budaya literasi di SMP Fullday Al-Muhajirin bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lainnya.
“Literasi adalah investasi jangka panjang. Jika kita ingin generasi muda yang cerdas dan berdaya saing, maka membangun literasi adalah langkah awal yang tidak bisa ditawar,” ujarnya. (*)