Senin, 19 Agustus 2024, Senja baru saja beranjak ke Maghrib. Masjid Al-Rahmah, tak jauh dari kampus STAI Al-Muhajirin Purwakarta, mulai dipadati jamaah. Bapak-bapak menunaikan shalat. Anak-anak juga. Selepas magrib, anak-anak yang datang makin banyak, dengan membawa kitab suci di tangan mereka, duduk dengan rapi, menunggu waktu belajar.
Yang ditunggu adalah mahasiswi STAI Al-Muhajirin, yang tinggal di asrama kampus. Para mahasiswi ini setiap bada Maghrib hadir di masjid-masjid sekitar kampus untuk mengajar anak-anak warga setempat.
Masjid Al Rahmah, salah satunya yang menjadi tempat pengabdian para mahasiswi ini. Di balik kesibukan kuliah dan tugas-tugas akademik, mereka meluangkan waktu untuk mengajar tahsin Al-Qur’an kepada anak-anak.
Bukan sekadar mengajar, tetapi juga mengasah diri sendiri. Mengaplikasikan metode pembelajaran yang mereka pelajari di bangku kuliah, langsung di tengah masyarakat.
Alamat kampus mereka di Jl. Veteran Gg Kenanga II No 155, Kelurahan Nagrikaler, Purwakarta. Tempat di mana ilmu didalami dan di mana tekad untuk mengabdi pada masyarakat semakin dipupuk. Bagi mereka, mengajar di Masjid Al Rahmah bukan sekadar arahan dari kampus. Ini adalah panggilan hati. Sebuah pengabdian yang tulus.
Setiap huruf yang mereka ajarkan, setiap ayat yang mereka lafalkan bersama anak-anak, menjadi pelajaran bagi murid-murid kecil itu. Dan juga menjadi pengingat bagi diri—bahwa ilmu yang mereka pelajari di kampus punya tujuan yang lebih besar: membawa manfaat bagi orang lain.
Di setiap lantunan ayat-ayat suci yang menggema di Masjid Al Rahmah, ada harapan yang terus tumbuh. Anak-anak yang tadinya terbata-bata mengeja huruf hijaiyah, kini mulai lancar membaca Al-Qur’an.
Dan mahasiswi STAI Al-Muhajirin, di balik kelembutan dan kesabaran mereka, membawa semangat yang tak kenal lelah, memaknai arti sebenarnya dari pengabdian.
Malam itu, di Masjid Al Rahmah, seperti ada cahaya yang tersebar. Cahaya ilmu, cahaya pengabdian, dan cahaya harapan. (*)