Rabu pagi 21 Agustus 2024, SD Plus Al-Muhajirin Purwakarta berbeda dari biasanya. Suasana canda dan tawa anak-anak kelas 1 mendadak lebih sunyi. Ada yang menunduk, ada yang saling berbisik, dan ada pula yang memegang erat tangan temannya.
Aizza Ghumaisa Ashfiya, salah satu murid kelas 1, duduk di barisan depan. Wajahnya yang biasanya ceria tampak sedikit tegang. Matanya menatap ke arah petugas kesehatan dari Puskesmas Koncara yang sudah siap dengan alat suntik di tangan. “Disuntik, ya? Sakit nggak, sih?” gumamnya pelan, meski bibirnya mencoba tersenyum.
Ini adalah hari yang penting bagi mereka. SD Plus Al-Muhajirin menggelar Program BIAS—Bulan Imunisasi Anak Sekolah—untuk memberikan imunisasi campak kepada siswa kelas 1, dan imunisasi HPV untuk siswa perempuan kelas 5 dan 6. Semua dilakukan untuk memastikan kesehatan mereka di masa depan. Tapi bagi anak-anak, yang paling dipikirkan saat itu adalah jarum suntik yang siap menembus kulit mereka.
Saat nama Aizza dipanggil, langkahnya ragu. Tangan kecilnya sedikit gemetar, dan matanya mulai mencari-cari gurunya, seolah berharap ada yang bisa memberinya alasan untuk menunda. Namun, setelah melihat senyum lembut gurunya dan dorongan teman-temannya, dia pun maju.
Sambil duduk di kursi, Aizza menatap jarum suntik yang semakin mendekat. Rasa takut jelas terpancar dari matanya. Tapi, ketika tangan perawat menyentuhnya dengan lembut, seolah ada ketenangan yang menyelimuti. Dengan cepat, jarum itu masuk dan keluar dari lengannya. Aizza sempat mengernyit, tapi ternyata, rasa sakit yang ia bayangkan tidak seburuk yang ia takutkan.
Begitu suntikan selesai, senyum kecil mulai kembali menghiasi wajahnya. Aizza menatap gurunya yang memberinya jempol, dan tiba-tiba saja, rasa takut itu berubah menjadi bangga. “Ternyata nggak sakit kok, Bu!” katanya dengan suara sedikit lega.
Bapak Enang Sutiana, M.Pd., Kepala Sekolah SD Plus Al-Muhajirin, menyaksikan seluruh proses dengan senyum. “Alhamdulillah, kegiatan imunisasi berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan. Kami sangat berterima kasih kepada Puskesmas Koncara yang telah bekerja sama dengan baik untuk kesehatan anak-anak kami,” ujarnya.
Imunisasi hari ini memberikan lebih dari sekadar perlindungan dari penyakit. Bagi Aizza dan teman-temannya, ini juga menjadi pelajaran tentang menghadapi ketakutan. Anak-anak yang tadinya ragu dan takut, akhirnya pulang dengan perasaan lega dan percaya diri.
Ketika meninggalkan ruang imunisasi, Aizza dan teman-temannya kembali ceria. Kini mereka tahu, bahwa rasa takut bisa diatasi. Dan mereka, yang awalnya gemetar, sekarang berjalan dengan kepala tegak. Sebuah pelajaran hidup yang mungkin tak akan mereka lupakan. (*)